Rabu, 24 Juli 2013

Kiamat Tidak Akan Terjadi Sebelum Hewan Buas dan Benda-benda Berbicara


Bismillah ... Apakah ini akan terjadi?
Benar, dengan kekuasaan-Nya, binatang buas dan benda-benda akan berbicara. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an menjelaskan tentang pengumpulan orang-orang musyrik dan kafir pada hari kiamat :

… dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, tuli …. (QS Al-Isra’: 97)

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka dikumpulkan dengan wajah diseret?” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya, yang menjalankan mereka di atas kaki-kaki mereka kuasa untuk menjalankan mereka di atas wajah-wajah mereka.” Maksudnya adalah Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia tinggal berkata, “Jadilah maka jadilah ia.”

Tanda-tanda tersebut merupakan mukjizat dari Allah SWT, seperti api yang keluar dari bumi Hijaz atau ‘Adn, seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar, turun hujan dan petir, penaklukan beberapa negara, terbitnya matahari dari barat, asap yang menyelimuti bumi, dabbah (binatang melata) yang keluar dari bumi, dan tanda-tanda yang lain. Sedangkan, kemungkaran, seperti pembunuhan, hilangnya harta benda, perzinaan, dan perbuatan keji merupakan perbuatan manusia sendiri karena Allah SWT tidak menyuruh manusia untuk berbuat maksiat, kufur, atau keji.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Demi jiwa Muhammad yang jiwanya berada dalam genggaman-Nya, tidak akan terjadi kiamat hingga binatang buas berbicara kepada manusia dan seseorang diajak berbicara
oleh ujung (siksa) cemeti dan tali sandalnya, lalu memberitahukannya. Maka ambillah atau lakukan apa yang akan dia lakukan nanti (HR Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Tirmidzi).

Maksud dari hadits di atas adalah tidak setiap binatang buas akan berbicara, tetapi hanya sebahagian dan di tempat tertentu sehingga manusia tahu kekuasaan Allah SWT. Mungkin binatang buas akan berbicara kepada manusia dan menghiburnya dengan apa yang telah mereka lakukan . Hal ini diperkuat dengan apa yang akan kita sebutkan nanti, yaitu tentang keluarnya dabbah (binatang melata) yang dapat berbicara kepada manusia yang telah disebutkan dalam Al Qur’an. Mungkin juga akan terjadi apa yang teleh disebutkan dalam ayat dan hadits Rasulullah SAW.

Adapun siksa cemeti atau ujung cemeti akan bebicara kepada manusia merupakan mukjizat Allah SWT , begitu juga ,ketika ia dapat memberitahukannya untuk melakukan hal tersebut ketika tuan rumah dan kerabatnya sedang pergi. Hadis ini menguatkan ayat Al Qur’an bahwa kulit Bani Adam akan berbicara dan bersaksi atas mereka pada hari Kiamat nanti. Begitu juga dengan kesaksian tangan dan kaki-kaki mereka atas apa yang telah mereka perbuat di dunia. Hali ini akan dibahas nanti ketika kita membicarakan penghitungan (hisab) dan berhenti dihadapan Allah SWT untuk diadili. Tanda-tanda yang telah disebutkan di atas merupakan sebagian tanda yang telah dekat dengan tanda-tanda kubra yang akan terjadi secara berturut-turut. Dan setelah semua tanda terjadi, diizinkanlah terjadinya kiamat... Wallahu'alam bi Showwab.


Sumber; Dzikir Cinta

FAKTA ILMIAH TENTANG SUJUD



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Secara spiritual, kita semua tahu bahwa sujud adalah saat² terdekat kita dengan Sang Khaliq. Secara medis.... Subhanallah !!! banyak manfaatnya, antara lain :

1. Mengalirnya darah ke otak ...

Aliran getah bening dipompa kebagian leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan darah yang kaya akan oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Karena itu lakukan sujud dgn tuma'ninah agar darah mencukupi kapasitasnya ke otak. (Dr. Fidelma, neurolog dari Amerika)

2. Apabila otak mendapatkan pasokan darah dan kaya oksigen, maka dapat memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma'ninah dan terus menerus dapat memacu kecerdasan. (Prof. Sholeh, risetnya telah mendpt pengakuan dari Harvard Univesity, AS)

3. Melatih kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada, dimana terjadi kontraksi pada otot tersebut. Kebiasaan sujud mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali/fiksasi.

4. Radiasi yg ditimbulkan oleh teknologi listrik dapat memberikan efek samping dan membahayakan organ² tubuh, terutama otak. Dimana kalau dibiarkan akan menimbulkan penyakit kejang otot, radang tenggorokan, mudah lelah, stress,migrain, hingga pikun di usia dini.

Nah ketika sujud, kelebihan ion² positif yang ada di dalam tubuh kita akan mengalir ke bumi, karena bumi adalah tempat ion2 negatif. Maka terjadilah proses netralisasi radiasi listrik dan magnet tersebut.

Sujud yang sempurna adalah dengan menempelkan 7 anggota badan (dahi,hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki) ke bumi.

(Dr. Muhammad Dhiyaa'uddin Hamid, dosen jurusan Biologi dan ketua department radiasi makanan pd Lembaga Penelitian Tekhnologi Radiasi)

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …



Sumber; Dzikir Cinta

MUSLIM, TAPI NGGAK SHOLAT



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Pernah nggak, kita membayang kan saat ibu atau ayah kita memanggil, tapi kita masih aja nggak bergeming atau malah pura-pura nggak denger? Maybe, selanjutnya bakal ada teriakan marah, yang pastinya mampir di telinga kita.

Nah, itu aja baru urusan dengan sesama manusia, trus pernah nggak kepikiran, gimana cerita kalau Allah Sang maha Pemberi hidup, "memanggil" kita buat sholat, tapi kita masih aja ogah-ogahan dan males?

Yups, tapi begitulah kenyataan yang ada sekarang ini. Kebanyakan dari kita meremehkan shalat bahkan melihatnya sebagai beban yang berat banget. saking ogahnya, 1001 alasan pribadi dibawa cuma buat menunda-nunda shalat atau bahkan meng-cancel-nya. Na’udzubillah ...

Parahnya, ada juga yang mendirikan sholat aja nggak, eh malah terang-terangan melecehkan shalat dan menghina orang-orang yang mengerjakannya, tapi kalau ditanya, dia tetap saja mengaku-aku sebagai seorang muslim.

Mereka itu juga nggak habis-habisnya mengkritisi perintah Allah tentang tiang agama ini. Ibarat kata saat mereka diajak kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka malah balik berkata,“Kami mendengar tapi kami menentang!”

Padahal kalau saja mereka sadar, mereka cuma membiarkan diri mereka sendiri untuk didikte sama hawa nafsu, setan dan syahwatnya. Hawa nafsunya itu juga yang menegakkan argumen di hatinya, supaya dia merasa tenang, tapi padahal sebenarnya dia telah terhinakan.

Kalau saja mereka mau jujur sama kebenaran, pun hatinya bakal berkata yang sama, kalau yang namanya Sholat, itu adalah ibadah yang sangat amat penting sekali. Sholat jugalah yang bakal pertama kali Allah pertanyakan ke kita nanti kalo di akhirat. Shalat juga merupakan salah satu rukun Islam yang jadi pembatas seseorang itu mukmin atau kafir.

Nabi SAW bersabda: “Perjanjian yang mengikat antara kami dan mereka adalah mendirikan shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka sungguh dia telah kafir” (H.R Muslim)

Selain itu Saking pentingnya,ibadah shalat dalam Islam nggak bakal bisa diganti atau diwakilkan. Cowok atau cewek yang muslim dalam kondisi apapun, sehat ato nggak, aman atau takut, lagi bermukim dan musafir tetep kudu sholat. Kalau nggak bisa berdiri boleh duduk, kalau tidak bisa duduk boleh berbaring, dan seterusnya.Tapi judulnya kudu tetep sholat.

Trus apa sih manfaat sholat? Allah Subhanahu wataala berfirman,

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14). "(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra'du: 28)

Friend, orang hidup pastilah butuh yang namanya ketenangan. Dan dua ayat di atas memberitahukan ke kita kalau soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti bakal diberikan kepada orang yang shalat.

Hati kita bisa merasa tenang banget kalau selalu mengingat dan dzikir kepada Allah. Nah, sarana berdzikir yang paling efektif itu adalah shalat. Tapi tentu saja, bukan sembarang shalat loh. kan perintah Allah tadi adalah menegakkan sholat dan nggak hanya sekedar melaksanakan. Dan dua hal itu, tentu saja beda, Friend.

Kalau kita mendirikan shalat, otomatis ada niat buat perjuangan, keseriusan, kedisiplinan, dan konsentrasi level tinggi. Beda kalau kasusnya cuma sekedar melaksanakan. Kadang kita masih santai, dan nggak perlu serius-serius amat. Yang penting kan udah terlaksana.

Sholat juga adalah nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Allah juga menjanjikan tingkatan surga tertinggi yaitu surga FIRDAUS bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan mendirikan sholat dengan benar. Tapi nggak tahu kenapa ya, dengan imbalan sebesar itu, sebagian besar dari kita masih aja berat plus bandel buat melaksanakannya.

Umar bin Khaththab sering mengingatkan para pemimpin bawahannya, dan rakyatnya betapa pentingnya arti sholat bagi mereka. Bahkan beliau berkata, “Barang siapa menjaga sholatnya, sungguh dia telah menjaga agamanya. Barang siapa yang menyia-nyiakan sholatnya, maka terhadap urusan yang lain selain sholat, ia akan lebih menyia-nyiakan lagi”

Ini baru gambaran kecil kalau para kekasih Allah SWT selalu menganggap sholat itu primer banget di mata mereka.

Maka, belajar dari keteladanan mereka, malu banget dunk kalau kita bilang "aku muslim, tapi nggak sholat". Lagi pula, Friend ... bukankah Allah memberikan jatah waktu 24 jam ke kita selama 1 hari. Dan itu nggak sebentar kan, so kenapa kita nggak mau memberikan walau cuma 20 menit saja buat "laporan" dan mengingat Allah sebagai bentuk rasa trimakasih kita kepadaNya?

Atau jangan-jangan kita memang termasuk orang-orang yang nggak pandai bersyukur dan berterimakasih? jawabnya, kembali kepada diri kita masing-masing ....

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …


Sumber; Dzikir Cinta

JODOH SULIT DI TEBAK



~Kadang ingin jodoh kita adalah satu daerah
supaya
Nikahannya ga sulit ,gak jauh dari sanak
keluarga,kalau rindu orang tua tinggal
bebeberapa menit nyampe
eeh ,,
ternyata jodoh berkata lain dapetnya orang jauh
bahkan pinggiran pojok sendiri
~Itulah jodoh sulit di tebak
~Kadang kita menginginkan jodoh jauh biar bisa
mudik ,kalau salah satu keluarga ada masalah
tak terdengar di telinga besan,nyari kenalan
orang jauh jauh
ehh ,,
ternyata jodohnya Tetangga sendiri

~Itulah jodoh yang sulit di tebak

~Kadang kita berjodoh dengan orang yang
sejalan

~kadang kita berjodoh dengan orang yang
berbalik arah

~kadang kita inginkan jodoh biasa ternyata Allah
ngasih luar biasa

~kadang kita inginkan jodoh luar biasa ternyata
Allah ngasih standart

~kadang kita inginkan jodoh seperti A tapi
ternyata Allah ngasih jauh dari kreteria A

~kadang kita inginkan jodoh orang yang kita
cinta tapi Allah ngasih jodoh orang yang kita
benci

~Seperti Apapun jodoh yang nanti kita dapat

Percayalah dialah salah satu Insan terbaik dari
yang terbaik yang ada di dunia ini yang di
berikan Allah untukmu

Tetap bersyukurlah
jika dia tidak sempurna karna kesempurnaan
akan tercipta setelah kalian bersatu.


Sumber; Dzikir Cinta

Heboh !!! Jin Miliki Akun Twitter Di Arab [ Harap di Baca !! ]



VIVAlog – Pemberitaan di Saudi belakangan dihebohkan dengan sebuah akun Twitter yang mengatakan bahwa pemiliknya adalah dari bangsa jin.

“nyata dan seorang jin baik,” tulis si pemilik akun.

Akun dengan nama @S_2017_s, menulis, “Ana Jini Haqiqi (Saya jin asli)”

Dijelaskan pula bahwa dia
merupakan jin pertama yang menggunakan Twitter.

Lebih lanjut akun tersebut menulis,
“Orang-orang berpikir saya berpura-pura dan saya hanya manusia … sebenarnya,
saya seorang jin yang nyata dan Anda akan melihat keajaiban pada masa depan di dalam akun saya.” Dalam bio-
nya, akun itu juga menegaskan bahwa dia adalah jin baik yang ingin
bersaudara dan bersosialisasi dengan manusia.
Dia juga mengaku tinggal di sebuah rumah kosong
di Saudi.

Harian Daily Ajel yang
menerbitkan berita ini juga mengatakan bahwa
seorang pembaca mencoba menghubungi akun itu dengan mamakai nama samaran.

Tapi secara mengejutkan, akun jin itu dengan cepat membeberkan jati diri orang yang berusaha mengelabuinya. “Dia menyebut nama lengkap saya dan tempat
tinggal saya. Saya benar-benar terkejut dan langsung memanjaatkan doa,” kata orang itu.

Hingga Rabu, 17 Juli 2013, akun jin itu sudah menggaet sekitar 179 ribu followers dari penjuru dunia dan telah berkicau sebanyak 300 kali. Yang lebih menarik, dalam akun tersebut, “si
jin” sempat mengunggah foto beberapa tempat yang katanya diambil sekitar 100 tahun silam.

Artikel mengenai akun jin ini juga dimuat oleh situs Emirates274.com. Dan sejumlah pembaca mengaku tidak yakin dengan keaslian akun tersebut.

“Apakah mereka sudah punya kamera untuk foto
berwarna sejak 100 tahun silam?” komentar seorang bernama Mav.

Astagfirullah..


Sumber; Dzikir Cinta

KISAH JILBAB HATI



□ Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya. Ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, "Insyaallah. Yang penting hati dulu yang berjilbab. " Sudah banyak orang yang menanyakannya maupun menasehatinya.

Tapi jawabannya tetap sama.

Sampai di suatu malam ...
Ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih sampai dasarnya terlihat, melintas di pinngir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.

Ia tidak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat jjuga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang sangatlembut.

"Assalamualaikum, saudariku .."
"Wa alaikumsalam .. Selamat datang, saudariku. " "Terima kasih.

Apakah ini surga? " Wanita itu tersenyum. "Tentu saja bukan, saudariku. ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga. ""

Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini. " Wanita itu tersenyum lagi.

"Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku?" "Aku selalu menjaga waktu sholat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah." "Alhamdulillah .."

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman mulai memasukinya satu persatu. "Ayo, kita ikuti mereka." kata wanita itu sambil setengah berlari.

"Apa di balik pintu itu?" katanya sambil mengikuti wanita itu.

"Tentu saja surga, saudariku" larinya semakin cepat. "Tunggu ... tunggu aku .." ia berlari namun tetap tertinggal. Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum padanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak, "

” Amalan apa yang telah kau lakukan sampai kau begitu ringan? "
"Sama denganmu, saudariku." jawab wanita itu sambil tersenyum. Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu.

Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada
wanita itu, "Praktek apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?"

Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata, "Apakah kau tak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan diriku? "

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab. "Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke surgaNya tanpa jilbab menutup Aurat mu ?

□ Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, "Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Maka kau tak akan pernah mendapatkan surga ini untuk dirimu.

Cukuplah surga hanya sampai di hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati. " Ia tertegun .. lalu terbangun .. beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan sholat malam. Menangis dan menyesali perkataannya dulu .. berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.


Sumber ; Dzikir Cinta

... KISAH NYATA MENGHARUKAN, .. "ALANGKAH LUAS TELAGA MAAFMU, DUHAI IBU .." ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... April 1984 .. Menjelang Ujian Akhir SMP ...

Gempa hebat melanda keluargaku, dan telah memporak-porandakan bangunan hatiku. Allahu Robbi, kenapa Bapak tega melakukan semua ini? Tak tega melihat ibu yang diam mematung dengan air mata berlelehan.

Sementara Pak Jono, Pak Dodi, teman sekantor Bapak menjelaskan dengan bahasa yang dibuat sehalus mungkin. Aku mengintip takut-takut dari lubang kunci, raut wajah Ibu yang tiba-tiba menegang, lalu air matanya tumpah bak banjir bandang.

Bapak dipecat, karena menyelewengkan dana kantor dan terbukti melakukan tindakan asusila dengan rekan wanitanya di kantor. Bahkan, wanita itu telah diberinya rumah di Kecamatan Pare, tiga puluh kilometer dari rumah kami.

Bapak dipenjara atas tuduhan korupsi dan berselingkuh dengan istri orang. Aku tahu, bukan sekali ini saja Bapak mengkhianati Ibu. Sebagai anak tertua aku sudah bisa membaca hubungan kedua orang tuaku. Namun baru kali ini aku melihat Ibu begitu terpukul. Tentu, dengan dipecatnya Bapak, berarti asap tak akan mengepul lagi di tungku keluarga kami.

Sementara lima orang anak perempuan setiap hari membutuhkan jatah nasi yang tidak sedikit. Melihat Ibu bermuram durja, semangat belajarku hilang seketika.

Mei 1984 ..
Ujian Akhir, 03.00 Pagi ...

Suara lantunan ayat-ayat suci membangunkanku dari lelap. Ibu! Begitu biasanya beliau membangunkan kami untuk shalat lail. Segera kutepuk Tini untuk menyusul Ibu. Mata adikku masih memerah menahan kantuk.

Tapi kusemangati dia, “Ayo, katanya ingin berdoa, Tini ingin minta apa?” Malam begini dingin menyambut kami di kamar mandi. Air terasa seperti butiran es. Kuusap mataku dan mata Tini sambil tersenyum, sekejap kemudian kesegaran mengaliri seluruh tubuh. Lenyap sudah kantuk yang memberati mata.

Ibu menyambut kami dengan senyum, tapi…. Matanya begitu sembab, pasti Ibu habis menangis. “Mana adik-adikmu yang lain, Nduk?” kami saling berpandangan, lalu menggeleng dan tersenyum malu. Habis, sulit sekali membangunkan Lastri dan Tinah, bisa ditendang aku nanti, maklum, mereka masih kecil.

Usai tahajud, aku terus mengambil buku dan belajar. Ibu menemani sambil meneruskan tadarus Qur’an-nya. Ibu …. Bagaimana orang sealim Ibu bisa mendapatkan orang seperti Bapak. Ah, ngelantur aku ini, kalau tidak ada Bapak, berarti aku juga tidak ada.

Akhir Mei 1984 ..

Akhirnya, selesai sudah ujian akhirku. Alhamdulillah leganya. Setidaknya aku mulai bisa memikirkan yang lain untuk membantu mengurangi beban Ibu. Yah, mau bagaimana lagi, Ibu memutuskan menjual sebagian tanah warisannya untuk menebus Bapak dari penjara.

“Bagaimana pun dia bapakmu, Wuk, sejahat dan sebejat apa pun kelakuannya, darahnya lah yang mengalir di tubuhmu.”

Aku juga tak tahu musti harus bagaimana. Rasanya kaget tiba-tiba ikut terlibat dalam permasalahan rumit ini. Tapi Ibu butuh teman bicara. Dan aku, anak sulungnyalah yang bisa melakukan itu. Ya, mesti cuman sebatas mendengarkan.

Menanti Bapak pulang seperti menunggu datangnya makhluk asing dari planet lain. Ada rindu, ada benci, ada juga rasa asing yang tak bisa kumengerti. Entahlah, dari dulu kami memang tak bisa dekat. Bapak menginginkan anak laki-laki, sementara kelima anaknya perempuan. Barangkali itulah yang membuat sulit sekali diajak bermanja.

Suatu sore, saat matahari senja merah saga memenuhi langit, Bapak benar-benar pulang. Sosoknya yang tinggi besar memenuhi pintu rumah.

Dan Ibu menyambutnya seperti biasa, dengan mencium tangan Bapak, dan menyuruh kami melakukan hal yang sama. Tanpa beban, seolah tak terjadi apa pun yang pernah mengguncang keluarga kami. Kucari dendam di mata Ibu, tapi ya Rabbi, mata itu begitu ikhlas dan tabah. Sementara hatiku sudah mulai tertorehi luka.

Agustus 1984 ..

Perekonomian keluarga kami benar-benar terpuruk. Aku tak bisa melanjutkan sekolah. Jangankan untuk mendaftar SMA, untuk makan sehari-hari pun mulai kesulitan. Bapak berpamitan untuk mencari kerja di Bogor.

Memang di kota kecil seperti Kediri, mencari pekerjaan baru bukanlah hal mudah, apalagi untuk orang yang namanya sudah cacat seperti Bapak. Ibu mengambil alih perekonomian dengan membuka warung pecel di depan rumah.

Pagi buta sampai siang, Ibu mengurus warung pecelnya. Sore hingga malam membuat krecek, makanan ringan dari irisan singkong kering yang digoreng dan dibumbuhi gula merah serta cabai. Aku membantu Ibu sekuatnya. Aku punya kewajiban moral untuk membantunya, kalau bukan aku, siapa lagi?

Bangun pukul empat pagi, kini tak terasa dingin lagi. Sepagi itu aku dan Ibu mulai ke pasar. Tiba di rumah, kami berbagi tugas. Aku mencuci baju, Tini membersihkan rumah.

Setelah beres, kami membantu Ibu menyiangi sayuran. Ketika adik-adikku berangkat sekolah aku mulai menyiapkan potongan-potongan singkong untuk digoreng. Bila malam tiba, sambil mengajari mereka, aku dan Ibu membungkus krecek ke dalam plastik agar esok pagi bisa kuedarkan ke warung-warung dan pasar Kandat.

Ya Allah, Pengatur nasib umat, aku sangat bangga pada Ibu. Di tengah himpitan ini beliau masih terus berkhusnudzan kepada-Mu, terus mengajari kami bersabar, dan terus membimbing kami dengan cintanya. Ya Allah, berikanlah segala kebaikan-Mu untuk Ibu dan kami sekeluarga. Dan berilah kesadaran untuk Bapak, ya Allah, bahwa kami adalah putri-putri yang juga mengharap cintanya. Amin.

Agustus 1986 ..

Bapak datang. Datang! Setelah sekian lama tanpa kabar dan kiriman apa pun. Datang dengan sederet tuntutan dan pelecehan pada Ibu. Tuntutan atas kehadiran anak laki-laki yang tak mampu dilahirkan Ibu.

Dan satu pelecehan lagi yang membuat darahku berpacu ke ubun-ubun, beliau mengaku sudah menikah di Bogor dan mempunyai seorang anak laki-laki. Tuntutan untuk menjual sisa tanah, dengan alasan anak laki-laki lebih berhak memperoleh daripada kami. Semua dikatakan Bapak saat kami kesulitan untuk sekedar mengisi perut.

Entah keberanian apa yang membuatku lancang kepada Bapak. Kupukul dan kucakar lelaki yang kusebut bapak itu sehingga sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Ibu yang tersimpuh di atas tubuhku dengan isak pelan, dan umpatan kasar Bapak, “Perempuan sialan, perempuan pincang! Seperti ini kau didik anakmu? Huh, dari dulu aku memang malu punya istri seperti kamu, dasar pincang!”

Kali ini giliran Ibu yang mendapat tamparan Bapak. Sakit …. Sakit hatiku mendengar Ibu diumpat seperti itu. Kaki Ibu memang tidak normal, terserang polio sedari kecil. Tapi bukan berarti ia tidak sempurna mendidik kami. Sungguh ia satu-satunya wanita yang membetot habis rasa cinta dan hormatku lebih dari apa pun. Satu lagi luka tertoreh.

Kupandang Bapak dengan mata menyala. Biar ….. biarlah Bu, Bapak mengambil tanah itu. Kita buktikan bahwa kita bisa hidup tanpa bantuannya bila itu yang Bapak mau. Aku berjanji, aku bertekad, akan kulakukan apa pun untuk Ibu dan adik-adikku.

Januari 1990 ..
Rumah Makan Padang “Siang Malam”, Gringsing, Kendal...

Aku membawa truk bermuatan kelapa memasuki pelataran rumah makan. Sisa setengah perjalanan lagi menuju Jakarta. Ahmad dan Pak Gono membuka mata. Dengan sopan aku menyilahkan mereka untuk beristirahat.

Sementara aku harus berburu waktu mencari musholla, shalat Isya’. Celana hitam, jaket gombrang coklat, dan jilbab kaos hitam telah menyulapku menjadi sosok yang cukup dikenal di rumah makan ini. Pemiliknya Pak Haji Yassin juga kenal denganku. Karena itu aku memilih tempat ini sebagai tempat istrirahat bila nyopir ke arah barat.

Selain lingkungannya apik, baik, juga ada musholla yang nyaman tempat aku istirahat sejenak. Sesekali bahkan Bu Haji menyuruhku istirahat di ruang belakang mereka. Sementara aku istirahat, Ahmad biasa mencuci kaca depan truk, mengisi air radiator, mengecek mesin, dan ban, serta tak lupa menyiapkan sebotol kecil kopi hangat di samping jok untuk persiapan nanti.

Truk ini milik Pak Jono, teman Bapak. Aku yang dipercaya mengelolanya dengan sistem sewa. Dulu, hampir tiap hari aku keluar masuk desa untuk menawarkan jasa transportasi ini. Kini tinggal memetik hasilnya. Para petani dan pedaganglah yang datang apabila membutuhkan truk sekaligus sopirnya.

Aku tak pernah bercita-cita menjadi seorang sopir. Tidak, tidak karena itu dunia laki-laki yang keras dan penuh bahaya. Tapi aku tak punya pilihan lain. Hanya pekerjaan ini yang bisa menghasilkan uang paling banyak. Sekali nyopir aku bisa mengantongi uang lima puluh ribu sampai seratus ribu.

Bahkan bila musim panen, aku bisa memegang hingga satu juta rupiah sebulan. Alhamdulillah. Karena selain menyopir, aku juga memasok beberapa komoditi pasar seperti kelapa, pisang, semangka ke beberapa kota sekeliling Kediri. Tentu, dengan bagi hasil dengan Pak Jono.

Ibu terus berjualan pecel dan membuat krecek. Kini hanya dibantu Sundari karena Sutini dan Sulastri sudah kuliah di Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Sedang Partinah memilih ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahagia rasanya melihat mereka terus sekolah, lebih bahagia karena mereka tak pernah mengecewakan lelehan keringatku. Mereka belajar keras, bahkan sangat keras untuk membahagiakan Ibu dan kakaknya yang sopir truk ini.

Sekali waktu, Tini pernah marah padaku, ia minta diijinkan bekerja untuk ikut membantu ekonomi keluarga. Tapi adikku itu mengkeret begitu melihatku memandang tajam ke arahnya.

Adikku …. Maafkan Mbak Tiwuk. Biar Mbak Tiwuk saja yang berkorban, satu saja! Kalian semua jadilah manusia yang berhasil. Dengan lulus UMPTN, dengan kuliah yang benar, dengan cepat lulus, itu sudah cukup membantu Mbak Tiwuk. Sudah membuat Mbak bahagia. Jangan pikirkan yang lain. Doa Mbak untuk kalian semua.

Juli 1993 ..
Rumah Makan “Ayem Tentrem”, Pelabuhan Ketapang...

Sudah larut malam ketika aku beristirahat, menunggu kapal yang akan berangkat ke Pulau Bali. Ini rute pertamaku. Agak gamang juga. Tapi Ahmad, kenekku meyakinkan bahwa ia pernah ke Denpasar sebelumnya, jadi aku tak perlu khawatir tersesat. Deretan truk terparkir dalam keremangan pelabuhan. Aku turun, mencari musholla dan tempat nyaman untuk menyantap rantang makanan bekal dari Ibu.

Menjelang pukul dua, kudengar keributan di sekitar trukku. Ahmad berteriak-teriak, aku tertegun. Segerombolan preman tengah merubungnya. Tukang palak rupanya. Sementara Pak Sabar, pemilik kayu gelondongan yang kuangkut tergigil pucat pasi di sisi truk.

Pemalakan tidak tanggung-tanggung karena kami orang baru, diharuskan membayar biaya keamanan sebesar seratus ribu. Sejenak mereka melongo begitu tahu sopirnya wanita. Tapi tak pernah kugunakan sebutan itu untuk bersikap lemah, terlebih ini menyangkut hak untuk mencari penghidupan halal, hakasasi setiap umat untuk meneruskan hidupnya.

Setelah gertakan untuk melapor polisi tak ditanggapi, terpaksa kuladeni tantangannya. Ahmad satu tingkat di bawahku di perguruan Perisai Diri. Jadi aku bisa mengandalkannya. Seratus ribu bukan jumlah yang sedikit. Apalagi Sulastri membutuhkan biaya untuk praktikumnya.

Perkelahian berjalan tak seimbang, dua lawan tujuh. Kami bertarung sengit, tiga orang berhasil kami buat jatuh, seorang yang bertindak sebagai pemimpinnya berbuat nekad, saat tendangan kaki kiriku ku arahkan ke si brewok, ia menohok dari samping. Cras… kaki berbalut sepatu kets-ku berlumuran darah. Perih, darah keluar dengan deras. Aku masih bisa menangkis dua, tiga serangan, setelah itu gelap.

Saat sadar aku telah berada dalam salah satu bangsal di RSU Banyuwangi. Menurut dokter, setelah sembuh nanti kemungkinan aku akan mengalami sedikit pincang. Sejumlah memar juga menghiasi leher dan punggung.

Rupanya saat aku sudah jatuh mereka masih menendangiku. Untunglah Pak Sabar datang tepat pada waktunya dengan dua orang polisi pelabuhan. Aku bersyukur karena Ahmad dan Pak Sabar tak terluka. Ah, peristiwa pahit. Tapi tak akan melemahkan semangatku untuk terus mencari nafkah, karena lima bulan lagi Sundari lulus SMA.

Februari 1995 ..

Kutuntun Ibu ke dalam ruangan penuh spanduk dan karangan bunga. Subhanallah, matahari pagi dipucuk-pucuk pinisium ikut tersenyum memandang kami. Hari ini Sutini disumpah menjadi seorang dokter. Map hitam berlogo almamater diserahkan kepada Ibu dan aku sambil menahan tangis. “Ini….Untuk Ibu dan Mbak Tiwuk. “Kupeluk adikku, kuusap keningnya.

“Seandainya setiap kakak di dunia ini seperti Mbak Tiwuk …..,” ujarnya dengan mata basah.

“Seandainya semua adik di dunia seperti kalian, tidak akan ragu seorang kakak melakukan apa pun,” kami berpelukan, kurengkuh bahu adikku, Tini yang bulan depan akan mengakhiri masa lajangnya, disunting oleh teman seangkatan, pemuda soleh yang bulan kemarin bersama keluarganya mengkhitbah Tini di rumah kecil kami. Jemputlah masa depanmu Adikku….Mbak Tiwuk ikhlas kau langkahi.

Mei 1997 ..
Rumah Makan “Baranangsiang” , Bogor...

Menyebut kota ini menimbulkan luka lagi yang menganga, Bapak….. pelan ku eja namanya. Nama laki-laki yang seharusnya menanggung beban di atas pundakku. Pernikahan Tini kemarin beliau hadir, juga saat Tinah diakadkan. Semanis apa pun wajah kupasangkan, tak bisa membangun jembatan kemesraan anak beranak di antara kami. Hati ini terlanjur sakit.

Pada saat kupandang wajah Ibu, masih dengan tulus yang sama menyambut kepulangan Bapak. Alangkah luas telaga maafmu, Ibu. Sementara hanya setitik hormat yang masih ku punya. Menurut berita yang kudengar, usaha Bapak di Bogor maju pesat, dengan seorang istri dan dua anak laki-laki yang diidamkannya.

Syukurlah jika Bapak bahagia. Semoga waktu akan mengurai kebekuan hati ini hingga terbentuk maaf yang tulus untuknya. Karena aku tak mau selamanya jadi anak durhaka. Bukankah Allah telah begitu adil dengan apa yang telah kami terima selama ini? Sungguh aku bersyukur …

Mei 2000 ..

Rumah berdinding setengah bata setengah bambu kami terasa bertambah tua, atap dapur bahkan nyaris doyong. Seperti juga kerut pada Ibu, juga wajahnya yang makin mengental. Jika ada kesempatan untuk bernafas, inilah saatnya. Keempat adikku sudah mentas semua. Tinggal Sundari, itu pun sudah hampir mandiri, karena selain menyelesaikan S2, ia juga mengajar di sebuah yayasan.

Kini perhatianku beralih ke Ibu. Ibu yang membesarkan kami dengan kedua tangannya!, dengan kakinya yang terseok, yang selalu membentengi kami melalui doa yang rutin dipanjatkan di setiap malam, melalui puasa Senin-Kamis, dengan keprihatinannya, juga dengan sabar dan cintanya.

“Wuk, bisa nggak ya niat Ibu kesampaian. Ibu ingin sekali melihat Baitullah.” Satu kata itulah yang menjadi perhatianku kini. Maka, ketika Tini, Tinah, dan Lastri menawarkan diri untuk merenovasi rumah, kalimat itu kuulang pada ketiga adikku. Dengan sisa tabungan dan sumbangan mereka, aku berharap bisa memenuhi permintaan Ibu.

Juli 2000 ..

“Dunia begitu indah karena kami memiliki kakak seperti engkau. Terimakasih, Mbak ….” Kueja kalimat itu berulang. Sebuah cincin bermata berlian menyertai kertas itu. Ah, aku lupa, hari ini aku berulang tahun.

Aku memang selalu lupa dan tak pernah memikirkannya. Setitik air membasahi pipi, sudah berapa lama aku tidak menangis? Kucium kertas itu. Adik-adikku, dunia pun sangat indah karena aku memiliki kalian, juga Ibu. Terima kasih ya Alah.

Februari 2001 ..
Garuda Indonesia, Boeing 737, Jamaah Haji Kloter 12...

Pada Allah semua tujuan hidup bermuara. Tak pernah kubenci dan kusesali hidupku. Karena aku telah memandang semuanya dengan syukur dan karenanya sepahit apa pun kenyataan akan tetap terasa indah. Inna ma’al ‘usri yusro, sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Allah akan memberi kemudahan itu pada setiap hambanya yang sabar.

Sering aku tak percaya bisa melakukan semua ini, karena tugas itu nyaris usai. Allah Yang Maha Pemurah, telah memberiku kesempatan hidup lebih panjang dari yang divonis dokter. Gadis dengan cacat jantung bawaan seperti aku …… rasanya tak percaya.

Allah, jika Engkau ijinkan, berilah hamba waktu lagi minimal untuk bisa berjumpa dengan Bapak, agar kebekuan ini mencair. Untuk sebuah kata maaf yang belum pernah bisa kukeluarkan, karena aku, Tiwuk Hartati, pernah mempunyai doa yang sangat jelek untuknya. Biarlah maaf itu tumbuh seperti sejuta telaga kasih milik Ibu.

Awan putih menyembul di balik kaca, berarak meniupkan simponi syahdu. Seolah aku sedang duduk di antaranya, membaca tanpa gerak bibir, bahasa yang santun dan dewasa, mengantarku dalam kedalaman rasa tiada tara.

Ibu memejamkan mata di seat sebelah, tenang dan damai. Oh Ibu, akhirnya penantianmu usai sudah. Lihatlah Bu, lihat awan itu. Ia akan mengantar kita ke suatu tempat yang paling Ibu dambakan.

Kuusap lembut jemari kisut dan kasar itu. Ibu …. Lelah guratan hidupmu, membayang pada raut wajah itu, tapi tak bisa mengurangi keagungan cinta milikmu. Kukecup lembut dan kubawa tangan itu ke atas dada.

Di bandara tadi, harta-hartamu mengantar kepergian kita dengan haru: Dokter Sutini, Dokter Sulastri, Insinyur Partinah, dan calon guru kita Sundari, juga suami-suami mereka dan keponakanku yang lucu-lucu: Hanif, Asfa, dan Abdus.

Tawamu jernih dan tulus ketika mencium mereka satu per satu, mutiara hidupmu. Wajah damaimu Ibu, adalah bentuk kepasrahan seorang hamba dalam menjalani garis hidup Sang Pencipta, tanpa keluh dan putus asa.

Kepasrahan dalam ketegaran yang senantiasa yakin akan pertolongan Khaliknya. Kurasakan burung besi ini semakin meninggi, memecah udara, diiringi senyum hangat pramugari-pramugari anggun berbaju muslimah yang menawarkan makanan. Kuambilkan satu untukmu, Ibu….

Garuda pun membelah angkasa menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Semakin jauh meninggalkan Jakarta, meninggalkan Kediri. Dan satu harapan lagi, dengan izin-Mu akan terwujudkan. Allah Maha Besar ...

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …



sumber ; Dzikir Cinta